Sabtu, 13 Agustus 2011

Sinopsis Novel Sitti Nurbaya


 Sitti Nurbaya adalah sebuah cerita yang menyeritakan ketaatan dan kasih sayang, seorang anak kepada orang tuanya sampai ia rela mengorbankan cinta kasihnya. Di sebuah perkampungan yang terletak di kota Padang, hiduplah tiga orang kaya, yang pertama adalah Sultan Mahmud Syah seorang yang disegani dan di hormati oleh penduduk kampungnya dan mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Samsul Bahri. Orang kaya yang ke dua adalah saudagar baginda Sulaeman yaitu seorang yang berbudi luhur yang memiliki seorang anak perempuan cantik yang bernama Siti Nurbay,dia adalah seorang anak yang berbudi luhur, taat beragama, dan sangat patuh kepada orang tua.
Keluarga Baginda Sulaeman dengan keluarga Sutan Mahmud Syah sangat akrab begitu pula dengan kedua anaknya mereka Samsul bahri dan Sitti Nurbaya mereka pun selalu main bersama, dan ketika telah menginjak dewasa, keduanya menjalin hubungan cinta kasih dan kedua orang tuanya pun merestui. Saudagar ke tiga yang kaya raya adalah datuk Maringgih dia adalah seorang yang sifatnya angkuh, iri hati, dan suka memfitnah, kikir pula. Datuk Maringgih iri dengan kesuksesan baginda Sulaeman  dan Datuk menganggap Baginda Sulaeman adalah musuh besar. Datuk pun melakukan niat jeleknya yaitu menghancurkan usaha dagangnya, dengan bantuan orang suruhan Datuk Maringgih, ia membakar took Baginda Sulaeman sehingga bangkrut. Baginda Sulaeman tidak mengetahui jika semua itu adalh perbuatan Datuk Maringgih. Ketika mengalami kebangkrutan baginda Sulaeman meminjam uang oleh Datuk Maringgih, dan senang hati Datuk yang seorang sentir itu meminjamkan uang dengan perjanjian harus melunasi dalam waktu tiga bulan.
Ketika sudah jatuh tempo pelunasan hutang Baginda Sulaeman, datanglah rentenir tersebut untuk menagih hutang tersebut, namun Baginda Sulaeman tidak mamu melunasinya karena jumlah pinjaman tersebut menjadi tiga kali lipat. Baginda pun bingung dan Datuk pun mengancam bila Baginda Sulaeman tidak melunasinya maka ia akan melaporkan kepolisi, namun ia memberikan kemungkinana lain dengan Baginda menyerahkan Sitti Nurbaya dan untuk di jadikan istrinya maka hutang tersebut di anggap lunas. Baginda pun semakin bingung dan tidak rela menyerahkan anaknya kepada rentenir itu dan akhirnya baginda menerima tawaran yang pertama, Sitti telah mendengarkan pembicaraan  ayahnya dan rentenir tersebut secar diam-diam, gadis itupun keluar dan menyatakan kesediannya menikah dengan datuk Maringgih, Sitti tidak ingin melihat ayahnya dipenjara.
Saat itu Samsul Bahri sedang berada di Jakarta untuk menuntut ilmu, Samsul mengetahui kabar tentang kekasihnya yang akan menikah dengan Datuk Maringgih melalui surat yang dikirim Sitti untuk Samsul. Samsul Bahri sangat sedih dan tidak bisa membanyangkan akan penderitaan kekasihnya. Tak lama kemudian, Baginda Sulaeman jatuh sakit akibat musibah yang beruntun tersebut. Dan Samsul Bahri bermaksud mengisi liburannya untuk pulang ke kampung halamannya saat itu juga Samsul menemui Sitti, Sitti pun segera mengajak Samsul Bahri  untuk duduk di bawah pohon beringin didekat rumahnya, tiba-tiba Datuk Maringgih muncul di hadapan mereka, dan Datuk Maringgih pun sangatlah maraha dan langsung menyeret Sitti Nurbaya  dan menyiksanya. Melihat kejadian itu Samsul Bahri memukul datuk Maringgih hingga dia jatuh dan Sitti yang melihat kejadian itu langsung teriak. Baginda Sulaeman yang sedang dalam keadadan sakit mendengar teriakan anaknya, Baginda mencoba bangun dari tempat tidurnya namun Baginda Sulaeman terjatuh dan meninggal pada saat itu juga. Setelah kejadian tersebut, Datuk mengusir Sitti Nurbaya karena menganggap Sitti telah mencoreng nama baiknya, akhirnya Sitti tinggal bersama bibinya, Samsul Bahri juga diusir oleh ayahnya karena sudah dianggap telah mencemari nama baik keluarga mereka, Samsul Bahri akhirnya kembali ke Jakarta karena liburannya telah berakhir.
Tak lama kemidian, Sitti Nurbaya menyisul Samsul Bahri ke Jakarta, selama dalam perjalanan Sitti mendapati banyak rintangan, di tengah perjalanan, Sitti di dorong oleh seseorang dari belakang hingga hamper terjatuh kedalam laut, dan seorang penumpang melihat kejadian tersebut, langsung menarik bajunya sehingga terselamatkan. Sesampainya di Jakarta, Sitti di hadang oleh beberapa polisi yang akan menangkapnya , polisi itu telah mendapt telegram dari Datuk Maringgih bahwa Sitti Nurbaya melarikan diri dari rumahnya dengan membawa harta kekayaan miliknnya.
Samsulbahri mengetahui hal tersebut dan menolong kekasihnya dan meminta kepada pihak kepolisian agar Sitti Nurbaya diadili di Jakarta agar Samsul Bahri dapat membantu kekasihnya tersebut, namun permintaanya tersebut ditolak karena sudah diputuskan untuk diadili di Padang. Ketika dalam persidangan tersebut gugatan Datuk dianggap tidak sah karena tidak ada bukti yang kuat sehingga Sitti dibebaskan. Datuk Maringgih belum puas sebelum berhasil mencelakakan Sitti Nurbaya, Datuk menyuruh seseorang untuk membubuhkan racun dalam makanan Sitti, usahanya berhasil membunuh atau membuat mati Sitti Nurbaya. Samsulbahri setelah mengetahui  hal tersebut ia sangat terpukul sampai melakukan bunuh diri tapi sebelum niat itu terjadi teman-temanya berhasil menghalangi niatnya itu.
Ibu Sitti Nurbaya setelah mendengar berita kematiaan putrinya tersebut, ibunya pun langsung jatuh sakit dan akhirnya ibunya meninggal. Bebrapa tahun kemudian, Samsul Bahri bergelar Letnan Mas dan dikirim pemerintah kompeni untuk berangkat ke Padang dan ditugaskan untuk membasmi pengacau yang ada dikota tersebut, salah satu yangdidatangi adalah Datuk Maringgih seorang dalang dibalik pengacau tersebut. Dan keduanya terjadi pertempuran, Datuk berhail menebaskan pedangnya pada tubuh Samsulbahri, dengan tembaknnya Samsul menembak palurunya ke arah Datuk hingga meninggal.
Samahri luka parah di rumah sakit Padang dan meninggal dunia. Sebelum meninggal samsulbahri sempat bertemu dengan ayahnya dan meminta maaf atas kejadian pemukulan Datuk Maringgih, dan ayahnya memaafkan dan samsulbahri juga berpesan agar dimakamkan desebelah makam kekasihnya. Permintaanya dikabulkan dan kini keduanya dimakamkan di sebuah pegunungan di Padang.  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar