Kamis, 15 September 2011

KAJIAN HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR DALAM KUMPULAN SAJAK ANTOLOGI PUISI PILAR PENYAIR


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Kajian sastra apapun bentuknya, berkaitan dengan suatu aktivitas yakni interpretasi (penafsiran) Kegiatan apresiasi sastra dan kritik sastra, pada awal dan akhirnya, bersangkut paut dengan karya sastra yang harus diinterpreatasi dan dimaknai. Salah satunya adalah puisi, puisi merupakan simbol tanda, dan untuk memahami simbol tanda itu diperlukan pemaknaan dari pembaca. Untuk memahami puisi harus mampu memahami bahasa yang terdapat dalam puisi tersebut, sebagai sistem tanda yang mempunyai arti. Hermeneutika adalah  kata yang sering didengar dalam bidang teologi, filsafat, bahkan sastra.
 Semua kegiatan kajian sastra, terutama dalam prosesnya pasti melibatkan peranan konsep hermeneutika. Oleh karena itu, hermeneutika menjadi hal yang tidak mungkin diabaikan. Atas dasar itulah hermeneutika perlu diperbincangkan secara komprehensif guna memperoleh pemahaman yang memadai.  Konsep hermeneutika Paul Recouer yang menjadi landasan dalam penelitian ini, untuk mengetahui metafora-simbol yang terdapat pada kumpulan sajak Antologi Puisi Pilar Penyair.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana metafora  kumpulan sajak Antologi Pilar Penyair dalam puisi “Kamboja” karya Krisnanto?
2.       Bagaimana memaknai simbol “Kamboja” dalam puisi kamboja”  karya   Krisnanto sajak Antologi Pilar Penyair?
LANDASAN TEORI
a.      Teori Hermeneutika
Hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks. Hermeneutika mencakup dalam dua fokus perhatian yang berbeda dan saling berinteraksi yaitu; 1) peristiwa pemahaman terhadap teks, 2) persoalan yang lebih mengarah mengenai pemahaman interprestasi itu (Palmer, 2005 : 8). Hal ini memperlihatkan bahwa gagasan utama dalam hermeneutika adalah pemahaman (understanding) pada teks.
Menurut Ricoeur, pemaknaan adalah suatu dialektika antara penjelasan dan pemahaman. Penjelasan merupakan analisis struktur yang dilakukan terhadap karya dengan melihat hubungannya pada dunia yang ada di dalam teks. Model ini menjelaskan sisi objektif sebagai ranah ilmu alam. Dari sini dapat dilihat bahwa hasil pemaknaan hermeutika adalah pemahaman diri (refleksi), yaitu membiarkan teks (objektif) dan dunianya memperluas cakrawala pemahaman “aku-lirik” pembaca (subjektif) tentang diri “aku-lirik” sendiri (Ricoeur, via Kurniawan, 2009:112-113).

b.      Simbol
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani “Sumballo” berarti ”menghubungkan atau menggabungkan”. Simbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak setiap tanda adalah simbol. Ricoeur mendefinisikan simbol sebagai struktur penandaan yang di dalamnya ada sebuah makna langsung, pokok atau literature menunjuk kepada makna tambahan, makna lain yang tidak langsung, sekunder dan figurative yang dapat dipahami hanya melalui yang pertama. Pembebasan ekspresi dengan sebuah makna ganda ini mengatakan dengan tepat wilayah hermeneutika (Kurniawan, 2009 : 27 ).
Simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbitrer (semena-mena). Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol (Pradopo, 2007: 120). Simbolisasi adalah figurasi analogis, dan dapat disamakan dengan metafora, yaitu mengganti sebuah ujaran dengan penanda yang lain, bukan dengan penanda terdekat seperti dalam metonimi, tetapi dengan penenda yang mempunyai kemiripan dengan penanda yang lain, bukan dengan penanda yang mempunyai kemiripan dengan penanda yang pertama. Tentu saja di sini antara bahasa mimpi dengan bahasa sastra menemukan perbedaan, dalam bahasa mimpi berupa mekanisme tak sadar, sedangkan dalam bahasa sastra berupa tindakan sadar. “Setiap kata adalah Simbol”, demikian ditegaskan Paul Ricoeur (via Sumaryono, 1999: 106; Wachid B.S., 2008: 26).
Kata-kata yang memiliki berbagai bentuk makna, yang sifatnya tidak langsung dan kias, demikian dapat dipahami dengan simbol-simbol tersebut. Simbol dan interpretasi konsep yang mempunyai pluraritas makna yang terkandung di dalam simbol atau kata-kata di dalam bahasa. Setiap interpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung. Oleh sebab itu, “Hermeneutika bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi di dalam simbol-simbol tersebut” (Wachid B.S., 2008: 26-27).


c.       Metafora
Metafora, kata Manroe, adalah puisi dalam miniature. metafora menghabungkan makna harfiah dengan makna figurative dalam karya sastra. dalam hal ini karya sastra merupakan karya wacana yang menyatukan makna ekspliesit dan makna implisit (Ricoeur, 1976:43 via Kurniawan, 2009: 23).
Dalam retorika tradisional, metafora digolongkan sebagai majas yang mengelompokkan variasi-variasi dalam makna ke dalam pengalaman kata-kata, atau lebih tepatnya proses denominasi (Kurniawan, 2009: 23).
Aristoteles menjelaskan bahwa metafora adalah penerapan kepada suatu benda nama yang termasuk sesuatu yang lain, interferensi yang terjadi dari jenis ke spesies, dari spesies jenis, dari spesies atau secara proporsional. Tujuan majas adalah mengisi tempat kosong semantik dalam kode leksikal atau menghiasi wacana dan membuatnya lebih menyenangkan. Oleh karena itu, metafora memiliki ide lebih banyak dari kata untuk mengungkapkan kata itu, metafora akan meregangkan makna kata-kata yang dimiliki melampaui pemakaian biasanya (Ricoeur, via kurniawan, 2009:23).





HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sajak “Kamboja” karya Krisnanto (2011: 66)

Kamboja
Kuncup kamboja kutorehkan
Di atas lading tidurmu
Semoga menjadi pengharum jejak
Perjalanan sepimu

Comal, 27 februari 2011


 Metafora dalam sajak “Kamboja”
Judul “Kamboja” menyiratkan suatu arti tentang kematian, di Indonesia bunga Kamboja hanya digunakan untuk menghiasi pemakaman. Nuansa dari kamboja itu sendiri untuk mengingatkan atau mewakili dari kematian, namun bunga kamboja tetap bunga yang melayani kehidupan menebar keindahan dan keharuman.

(1)   Kuncup Kemboja kutorehkan
Di atas lading tidurmu
Bait pertama mengungkapkan suatu atribusi obyek “kutorehkan”  meninggalkan atau menggoreskan sesuatu yang berupa metafora-pernyataan (statement-metaphor) yang dibentuk oleh metafora-kata. “kuncup kemboja kutorehkan” menunjukkan satu proposisi, kuncup yaitu tidak kembang, tidak mekar dan di sini di jelaskan pada bunga yang tidak mekar. Kuncup yang terdapat pada bunga kamboja, kamboja digambarkan sebagai bunga dalam kematian.  Dengan demikian, bait pertama ini mewancanakan suatu perbuatan yang telah di lakukan dengan meninggalkan sesuatu yang berbekas.
Pada baris ke dua sebagai wujud ungkapan dan penjelasan pada, “Kuncup kamboja kutorehkan”. Dan pada baris ke dua “Di atas lading tidurmu”  menjelaskan suatu tempat peristirahatan terakhir yaitu alam kubur, kembalinya manusia pada sang pencipta.

(1)   . . . . .
. . . . .
Semoga menjadi pengharum jejak
Perjalanan sepimu

Baris ke tiga dan ke empat pada bait pertama di atas, merupakan bentuk tujuan dari penyatuan antara “semoga menjadi pengharum jejak//perjalanan sepimu” dan kedua baris tersebut merujuk atau menunjukkan satu proposisi: “pengharum” sebagai identifikasi-singular, “jejak” sebagai predikasi-universal, dan pada baris terakhir “perjalanan sepimu” sebagai atribusi-pelengkap. Apa yang dimaksud di sini adalah “pengharum”  dari sesuatu yang berbekas bunga kamboja, yang akan selalu memberi keharuman. “jejak//perjalanan sepimu” di dalam perjalanan terakhir yang di lalui oleh setiap manusia, akan kembali kepada Allah.   


Simbol dalam sajak “Kamboja”
Simbol “Kamboja” pada sajak “Kamboja” terdapat pada bait pertama baris ke satu, dalam sajak ini mempresentasikan “Kamboja” sebagai “primbun pemakaman” adanya nuansa kematian, senyatanya bunga kamboja banyak ditemukan di pekarangan pemakaman. Dan hal ini menjelaskan bahwa “Kamboja” menjadi dasar kerangka filosofis pada sajak “Kamboja” itu sendiri.
Pada tataran arti tekstual (sense), sajak “Kamboja” mengungkapkan pristiwa tentang kesadaran transendental yang menyangkut kembalinya manusia kepada sang pencipta/pemakaman sebagai tempat peristirahatan terakhir. Kamboja sendiri juga memiliki arti  bisa membawa pencerahan bagi umat manusia maupun roh-roh yang terdapat di alam semesta, dalam konteks ajaran umat Hindu. 

(1)   Kuncup kamboja kutorehkan
                  Di atas lading tidurmu
Disinilah terlihat simbol “kamboja” sebagai energi yang esensial dari pemakaman, sebagai lading tempat peristirahatan terakhir. Pada dasarnya manusia diciptakan dari tanah dan kembalilah ke tempat asalnya. Konsep ini berakar dari pemikiran sajak D.Zawawi Imron “Dialog Bukit Kamboja”
            Inilah ziarah di tengah nisan-nisan tengadah
            Di bukit seraba kamboja. Matahari dan langit lelah
            Seorang nenek pandannya memuat jarum cemburu
            Menannyakan mengapa aku berdoa dikubur itu
Dengan demikian simbol “kamboja” dalam puisi “Kamboja” ini mempresentasikan makna “pemakaman” sebagai wujud nyata dalam primbun pemakaman, agar manusia juga mengingat akan kembalinya manusia pada wujud aslinya yang diciptakan dengan salah satu unsur yaitu tanah.  





KESIMPULAN
penelitian sajak “Kamboja” karya Krisnanto dapat disimpulkan sebagai berikut “kamboja” secara simbolis, terdapat pada bait pertama baris kesatu sebagai simbol dalam mengartikan sesuatu, secara metafora menyiratkan Sesutu tentang arti pemakaman.
Pembacaan hermeneutik dalam kumpulan puisi Antologi Puisi Pilar Penyair oleh Lembaga Pres Mahasiswa (LPM) obsesi STAIN Purwokerto ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami makna yang terkandung didalamnya. Makna-makna yang terkandung dalam sajak tersebut mengandung nilai agar manusia tidak hanya mengingat hidup di dunia saja akan tetapi juga mengingat bahwa dirinya akn kembali kepada sang pencipta.










DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Heru. 2009. Mistisisme Cahaya. Yogyakarta: Grafindo Literatur Media.
Universitas Ahmad Dahlan. 2000. Setasiun Tugu. Yogykarta: Universitas Ahmad Dahlan bekerja sama dengan Masyarakat Putika Indonesia.
Ratna, Kutha Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LPM Obsesi STAIN purwokerto. 2011. Antologi Puisi Pilar Penyair. Yogyakarta: Obsesi Press& Buku Litera.
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.



Manfaat Permen karet Buat GIGi



Ada bebrapa permen karet yang di jual di pasaran. Mulai dari permen karet yang memang memakai bahan dasar gula atau tebu sebagai pemanis sampai permen karaet yang memakai bahan dasar pengganti gula sepereti serat kayu pohon white birch yang manisnya nggak jauh berbeda dengan manisnya gula dan permen karet tanpa gula. Mengunyah permen karet  juga bisa menggantikan kegiatan menggosok gigi setelah makan, karena pada saat mengunyah permen karet, air liur yang ada di mulut akan menetralkan asam dan mencegah pengeroposan gigi di atas 40%. Peningkatan produksi air liur tersebut tadi juga bisa mengurangi endapan sisa makanan yang disukai oleh bakteri gigi. Dan yang perlu diingat dalam mengunyah permen karet harus agak lama. Selain bagus untuk gigi, mengunyah permen karet juga membantu meningkatkan daya ingat dan melancarekan peredaran darah ke otak.

T & J fit_Gadis


Manfaat buah Kiwi



Buah kiwi atau Chinese gooseberry sering disebutsebagai buah yang kaya akan 7 macam vitamin, yang terbanyak adlah vitamin C. kandungan vitamin C pada buah yang ternyata asalnya dari Cina ini paling tinggi disbanding buah lain  (sekitar 98mg) dan mengandung antioksidan yang penting untuk menekan radikal bebas yang masuk dalam tubuh. Selain itu, kiwi juga dikenal sebagai buah yang mengandung Vitamin A, vitamin E, dan kalsium yang menurut beberapa penelitian mampu membuat  jantung berdenyut  teratur, mengaktifkan kontraksi otot, mengendalikan keseimbangan air dalam jaringan sel dan mengatur tekanan darah. Kandungan lain yang menonjol dari buah kiwi adalah asam folat, kalsium, dan juga fosfor. Selain itu, buah kiwi juga merupakan buah yang berlimpah serat larut. Sedangkan warna buahnya yang hijau menandakan bahwa buah kiwi kaya akan klorofil dan senyawa fitokimiawi  terutama lutein. Biji-biji buah kiwi juga kaya akan zat tannin yang bersifat anti kanker.
s T & J FitP_Gadis          

“ MEMBACA TELAAH BAHASA dan SASTRA “




Membaca telaah bahasa mencakup :
  • Membaca bahasa (asing) atau (foreign) language reading.
  • Membaca sastra (literary reading).

A. Membaca Bahasa
Tujuan utama pada membaca bahasa adalah :
a.       Memperbesar daya kata (increasing word power); dan
b.      Mengembangkan kosa kata (developing vocabulary).

a.      MEMPERBESAR DAYA KATA
Dalam kegiatan membaca bahasa demi memperbesar daya kata, maka ada beberapa hal yang harus kita ketahui, antara lain :
  • ragam – ragam bahasa
  • mempelajari makna kata dari konteks
  • bagian – bagian kata
  • penggunaan kamus
  • makna – makna varian
  • idiom
  • sinonim dan antonym
  • konotasi dan denotasi
  • derivasi

  • RAGAM – RAGAM BAHASA
Secara garis besarnya dapat dibedakan 6 ragam bahasa, yaitu :
  1. Bahasa Formal atau Bahasa Resmi
  2. Bahasa Informal atau Bahasa Tidak Resmi
  3. Bahasa Percakapan atau Colloquial Language
  4. Bahasa Kasar atau Vulgar Language
  5. Bahasa Slang
  6. Bahasa Taknis atau Technical language.

  1. BAHASA FORMAL atau BAHASA RESMI
    • adalah bahasa yang dipakai pada saat – saat resmi oleh orang – orang yang dianggap mempergunakan bahasa yang terbaik.
Contoh : pidato kenegaraan, kuliah di perguiruan tinggi, tajuk rencana orang terkenal, esei dan kritik sastra, tulisan – tulisan akademis, tesis, disertasi, buku – buku pegangan, khotbah – khotbah resmi.
  1. BAHASA INFORMAL atau BAHASA TIDAK RESMI
  • adalah bahasa yang dipakai pada situasi – stuasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada secara tulisan.
Contoh : bahasa yang kita pakai dalam lingkungan keluarga, bercakap – cakap dengan teman – teman, bahasa surat – surat antara orang – orang yang berkenalan baik, dalam buku harian.
  1. BAHASA PERCAKAPAN atau COLLOQUIAL LANGUAGE
  • adalah bahasa lisan, maka banyak kalimatnya yang singkat – singkat, beberapa diantaranya bersifat fragment secara ketatabahasaan tidak lengkap.
  1. BAHASA KASAR atau VULGAR LANGUAGE
  • Kasar atau Vulgar disini tidak berarti atau mengarah kepada ketidaksenonohan yang kasar, Vulgar bermakna menyangkut orang banyak atau vulgus.
  1. BAHASA SLANG
  • adalah bahasa yang ditujukan pada kelompok – kelompok khusus serta terbatas.
  1. BAHASA TEKNIS atau TECHNICAL LANGUAGE
  • adalah bahasa yang dipakai pada profesi – profesi tertentu (dokter, hakim, insinyur, dll).

  • MEMPELAJARI MAKNA KATA DARI KONTEKS
Ada beberapa cara konteks yang dapat mencerminkan makna suatu kata :
a)      Konteks dapat membatasi kata
b)      Konteks dapat memasukkan suatu perbandingan atau pertentangan, suatu komparasi atau kontras yang dapat menolong kita memahami makna kata
c)      Suasana (mood atau sence) bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata
Pada umumnya metode – metode ilmiah beroperasi melalui langkah – langkah :
1.      pengumpulan data
2.      pengklasifikasian data
3.      pembentukan hipotesis – hipotesis
4.      memeriksa dan menguji benar atau tidaknya hipotesis – hipotesis itu dengan bantuan atau ramalan data baru
5.      penetapan prinsip – prinsip ilmiah baru yang konsekuen.

§  BAGIAN – BAGIAN KATA
Antara lain :
             I.      Prefiks (atau awalan)
          II.      Root (akar atau dasar kata)
       III.      Suffiks (atau akhiran)
       IV.      Infiks (atau sisipan).

§  PENGGUNAAN KAMUS
Kamus adalah rekaman kata – kata yang membangun suatu bahasa.
Bahasa adalah sesuatu yang hidup, tumbuh, berkembang dan berubah.

  • ANEKA MAKNA
Homonim yaitu kata – kata yang sama bentuk bunyinya, tetapi berlainan maknanya.
Misalnya :
            kukur I            “ alat pemarur “
            kukur II           “ bunyi balam atau burung tekukur “
            tanjung I          “ sejenis bunga “
            tanjung II        “ tanah yang menjorok ke laut “.



  • IDIOM
adalah ekspresi ang tidak dapat dimengerti dari makna terpisah, makna sendiri – sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata – kata itu harus diperlakukan “ sebagai suatu keseluruhan “.
Misalnya :
            Buah ratap       “ isi ratapan; kata – kata yang diucapkan sambil menangis “
            Buah baju        “ kancing “
            Buah dada       “ susu; tetek “
            Buah tangan    “ oleh – oleh “.

  • SINONIM dan ANTONIM
Sinonim adalah kata – kata yang mempunyai makna umum ang sama atau bersamaan tetapi berbeda dalam konotasi atau nilai kata.
Misalnya :
            mati     “ meninggal dunia “
                        “ menghembuskan nafas yang penghabisan “
                        “ mangkat “
                        “ wafat “
                        “ mampus “
                        “ menutup mata buat selama – lamanya “.
Antonim adalah kata – kata yang berlawanan maknanya.
Misalnya :
            kaya     -           miskin
            pintar   -           tolol
            cantik  -           jelek.

  • KONOTASI
Secara umum ada 2 jenis konotasi, yaitu :
1)      Konotasi Pribadi atau Personal Connotations
adalah hasil dari pengalaman pribadi seseorang.
2)      Konotasi Umum atau General Connotations
adalah hasil dari pengalaman orang – orang sebagai suatu kelompok sosial.

  • DERIVASI KATA
Misalnya :
            Astronomy, n [Gk. Astron, a star + nemein, to arrange].
            Dari sutu kita mempelajari bahwa kata astronomi berasal dari bahasa Greek, bahasa Yunani dan terdiri dari 2 bagian :
1.      astron yang berarti bintang
2.      nemein yang berarti menyusun; menata.

b.      MENGEMBANGKAN KOSA KATA KRITIK
Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, perlu kita ketahui beberapa hal, antara lain :
a)      Bahasa kritik sastra
b)      Memetik makna dari konteks
c)      Petunjuk – petunjuk konteks.

§  Bahasa Kritik Sastra
Dari pembicaraan terdahulu dapat ditarik kesimpulan serta harus disadari benar – benar akan adanya 2 fakta yang sangat penting mengenai kata – kata :
             I.      Kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung lebih dari satu makna
          II.      Kita tidak akan pernah memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam setiap pertemuan dengannya.

§  Memetik Makna dari Konteks
Contoh :
1.      Anak itu semenjak lahir sudah bisu. (bisu “ tidak dapat berbicara “).
2.      Waktu ditanya oleh polisi, pencuri itu bisu seribu kata. (bisu “ diam “).
3.      Lebih baik membisukan diri daripada mengucapkan kata – kata makian. (membisukan diri “ menahan diri; berdiam diri “).

Terdapat 3 jenis makna, yaitu :
1)      Makna yang bersifat menunjukkan (designative meaning)
2)      Makna konotatif (connotative meaning)
3)      Makna denonatif (denotative meaning).

  1. Makna Designative
adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapkan padanya.
  1. Makna Konotatif
adalah segala sesuatu yang disarankan, ang dianjurkan oleh kata itu; segala sesuatu yang teringat atau yang diingatkan kalau kita memikirkan sesuatu yang dinamai oleh kata itu.
  1. Makna Denotatif
adalah sesuatu atau segala sesuatu ang dapat diterapi oleh kata tersebut.

§  Petunjuk –Petunjuk Konteks
Ada 5 Cara Konteks Mencerminkan Makna, yaitu :
1.      Devinisi atau Batasan
metode yang paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau devinisi pada saat itu juga.
2.                                                  Contoh
Kadang – kadang seorang penulis mengemukakan satu atau lebih contoh untuk memperlihatkan makna apa yang hendak dimaksudkannya bagi kata itu. Kerapkali contoh – contoh ini diperkenalkan dengan kata – kata isyarat seperti : khususnya, seperti, terutama sekali.
3.      Uraian Baru atau Restatement
Untuk menunjukkan bahwa seseorang membuat uraian dari terhadap sesuatu ide, maka seseorang tersebut mempergunakan prentesis, tanda kurung, atau tanda pisah>
4.      Mempergunakan Pengubah (Modifier)
Ada pula kalanya dalam suatu frase atau klausa mengubah, seorang penulis memperkenalkan makna sesuatu istilah.
5.      Mempergunakan Kontras
Sekali – kali seorang penulis membuat suatu kontras, suatu pertentangan yang akan memudahkan pembaca menguraikan serta menangkap makna suatu kata baru.

B. MEMBACA SASTRA
Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi. Dengan kata lain suatu karya sastra dikatakan indah kalau baik bentuknya maupun isinya sama – sama indah, terdapat keserasian, keharmonisan antara keduanya.

§  Bahasa Ilmiah dan bahasa Sastra
Memperbincangkan perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya sastra, makna maka pada dasarnya kita memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam kegiatan menulis.
Bahasa ilmiah pada umumnya bersifat denotatif; dan bahasa sastra vpada umumnya bersifat konotatif.

§  Gaya Bahasa
               Dalam ke-konotatifan bahasa sastra, yang melibatkan emosi dan nilai – nilai, maka dalam membaca sesuatu karya sastra haruslah terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa.
               Ada 3 Pembicaraan mengenai Gaya Bahasa hal yang Umum Saja, antara lain :
  1. Perbandingan, yang mencakup metafora, kesamaan dan analogi
  2. Hubungan, yang mencakup metonemia dan sinekdok
  3. Taraf pernyataan, yang mencakup hioperbola, litotes, dan ironi.

·         Perbandingan
Gaya bahasa metafora, kesamaan, dan anologi sama – sama membuat komparasi atau perbandingan tetapi dengan cara yang berbeda – beda.
a.       Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi.
Contoh : “ Nani adalah gadis ramah tetapi sukar didekati, sukar ditebak isi hatinya “.
b.      Kesamaan berbeda dari metafora dalam hal : kalau metafora menyatakan secara tidak langsung maka gaya bahasa kesamaan atau persamaan menyatakan serta menegaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain; biasanya mempergunakan kata     – kata seperti, sebagai dan sejenisnya.
c.       Analogi, agak berlainan dengan metafora dengan kesamaan, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya satu saja.

·         Hubungan
            Sinekdohe dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan relationsip kedua – duanya menggantikan nama sesuatu dengan yang lainnya ang ada hubungannya.
Contoh : “ Berjuta – juta mulut harus diberi makan oleh pemerintah.

            Metonimia adalah penggunaan satu kata bagi yang lainnya yang dimaksud :
a)      Materi bagi obyek ang terbuat dari padanya :
                  Karet bagi penghapus pensil yang terbuat dari karet;
b)      Pencipta atau sumber sesuatu :
                  Shakespeare buat drama karya Shakespeare; Jawa bagi kopi Jawa.
c)      Sesuatu kata yang ada hubungannya yang erat dengan obek :
                  Teribun bagi penonton.

Dari segi tarafnya, maka pernyataan ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
a.       Pernyataan yang berlebih – lebihan (overstatement; atau hiperbola)
b.      Pernyataan yang dikecil – kecilkan (litotes)
c.       Ironi.

Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih – lebihan dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk meningkatkan pesan dan pengaruh.

Litotes adalah kebalikan dari hiperbola, sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil – kecilkan dari kenyataan yang sebenarnya.

Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata bberbeda, bahkan ada kalanya bertentangan darti apa ang sebenarna dikatakan itu.









           

.