Kamis, 27 Oktober 2011

Wacana


Analisis wacana diakui sebagai satu bidang yang sangat luas, tapi juga sebagai bidang yang dipahami secara sempit dalam linguistik. Alasannya, bahwa pemahaman wacana yang kita miliki didasarkan pada pendapat pakar dari berbagai disiplin akademis yang sebenarnya berbeda satu dengan yamg lain. Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sanskerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’. Bila dilihat dari jenisnya, kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sanskerta, termasuk kata kerja golongan III parasmaepada(m)  yang bersifat aktif, yaitu melakukan tindakan ujar. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah sufiks(akhiran), yang bermakna ‘membedakan’ (nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’ atau ‘tuturan’.
v  Di dalam bukunya Harimurti Kridalaksana (1983) bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam karangan yang utuh.
v  Menurut Syamsudin A.R (1999) wacana merupakan rangkaian ujar atau tindak tutur yang mengungkapkan subjek secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren dan yang dibentuk oleh unsur segmental maupun non segmental bahasa.
v  I Praptomo Baryadi (2001) berpendapat bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dialog, dsb. Atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat dsb. Yang dilihat dari struktur lahirnya dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait, dan dari struktur batinnya, bersifat koheren, terpadu.
v  Anton M Moeliono (1988) mengemukakan wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuknya makna yang serasi diantara kalimat itu atau rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain membentuk satu kesatuan.
v  Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) wacana adalah
·         Ucapan, perkataan, tutur.
·         Keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan.
·         Satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak dalam bentukk karangan utuh.
v  Samsuri (1988) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana adalah rekaman kebahsaan yang utuh tentang pristiwa komunikasi.
v  H.G Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang berkesinambungan dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Jadi, suatu kalimat atau rangkaian kalimat, misalnya dapat disebut sebagai wacana atau bukan wacana tergantung pada keutuhan unsur-unsur makna dan konteks yang melingkupinya.     
Istilah wacana banyak bermunculan dan digunakan dalam berbagai aspek. Di dunia pewayangan misalnya, dikenal istilah wacana-pati (dewa yang bertugas sebagai juru bicara), anta-wacana (karakter atau pola ucapan wayang). Di dunia pendidikan formal, istilah wacana juga banyak digunakan sebagai nama badan sekolah, misalnya  Budya Wacana, Satya Wacana.

 Wacana, Discourse, Discursus
Para linguis Indonesia dan di negara-negara berbahasa Melayu lainnya, istilah wacana sebagaimana diuraikan di atas, dikenalkan dan digunakan sebagai bentuk terjemahan dari istilah bahasa Inggris ‘discourse’ kata tersebut berasal dari bahasa latin ‘discursus’yang artinya ‘lari ke sana kemari’, ‘lari bolak-balik’ kata tersebut diturunkan dari ‘dis’ (dari/dari arah yang berbeda) dan currere (lari). Digambarkan sebagai berikut
Dis + currere → discursus →discourse (wacana)
Lalu Webster (1983:522) memperluas makna discourse yaitu komunikasi kata-kata, ekspresi discourse berkaitan dengan kata, kalimat, atau ungkapan komunikatif, baik secara lisan maupun tulis. Selanjutnya para ahli bahasa  memakai istilah discourse dalam kajian linguistik, sehingga dikenal dengan istilah discourse analysis (analisis wacana).            

Persyaratan Terbentuknya Wacana
·         Penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun dapat berupa satu kalimat atau ujaran).
·         Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).
·         Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan.
·         Sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis sehingga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan.    
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar