A.
Peningkatan
kemampuan Berpikir
Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB), adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah, fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Hakikat
Kemampuan Berpikir dalam (SPKB) Strategi pembelajaran peningkatan berpikir, merupakan
model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berpikir siswa. SPPKB bukan hanya
sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat
dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta
dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir
siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
v Karakteristik strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir.
1.
Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental
siswa secara maksimal.SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa
sekedar mendengar dan mencatat,tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses
berpikir.
2.
SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara
terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruksi sendiri.
3.
SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi
proses dan hasil belajar. Proses belajar dirahlan diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi
pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.
v
Terdapat 6 tahap dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir
1.
Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk
melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan,pertama penjelasan
tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan
materi pelajaran, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran
atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa. Kedua, penjelasan
proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses
pembelajaran.
2. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah, tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman
dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan
dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab
untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap
relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah
selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya
jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.Untuk
merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini,guru dapat memberikan
persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan
yang diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja persoalan yang
sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa. Pada tahap ini guru harus
dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus
dipecahkan.
4. Tahap inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap
inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri siswa
diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu guru harus
memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam
upaya penecahan persoalan.
5. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru
melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan
kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini
melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka
temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.
6. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan
dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan agar siswa mampu
menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa,untuk memecahkan masalah-masalah baru.
Pada tahap ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
B.
Kooperatif
cooperative
learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang
positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan
belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota
kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
v Karakteristik
pembelajaran kooperatif diantaranya.
a) Siswa
bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b) Anggota-anggota
dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan
rendah, sedang, dan
tinggi.
c) Jika
memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku,
budaya, dan jenis kelamin.
d) Sistem
penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan
kooperatif yang harus ada dalam
model
pembelajaran kooperatif yaitu,
a) Forming
(pembentukan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan
norma.
b) Functioniong
(pengaturan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur
aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan
membina hubungan kerja sama
diantara anggota kelompok.
c) Formating
(perumusan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan
pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang
dipelajari, merangsang
penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan
menekankan penguasaan serta
pemahaman dari materi yang diberikan.
d) Fermenting
(penyerapan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang
pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik
kognitif, mencari lebih banyak
informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk
memperoleh kesimpulan.
C.
Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran
yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas
guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
v Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual.
- Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
- Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).
- Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
- Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
- Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.