ANALISIS
WACANA TEKSTUAL dan KALIMAT IMPERATIF pada LIRIK LAGU “ABATASA” KARYA KELOMPOK
MUSIK WALI
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Wali
adalah grup musik asal Blora yang berdomisili di Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Grup musik ini dibentuk pada tahun 1999. Anggotanya berjumlah lima orang yaitu Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomi (drum), Ovie (kibor), dan Nunu (bass). Semua personil band
ini adalah lulusan pesantren dan sebagian merupakan alumnus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Album pertamanya ialah Orang Bilang yang dirilis pada tahun 2008. Band
ini umumnya ber-genre lokal pop kreatif total dengan sedikit sentuhan irama melayu dalam lagu-lagu mereka. (Wikipedia: 2011)
Lagu Abatasa tersebut secara tidak
langsung merangkum nilai religi (islami), di mana dalam lagu tersebut selain
untuk menghibur para penikmat musik Indonesia, juga mengajak orang untuk
senantiasa melakukan ibadah kepada Allah,Wali mampu membuat lirik lagu dengan
kata-kata yang mudah di pahami oleh kalangan masyarakat luas, pesan-pesan
dalam lagu ini tertuang dalam teks-teks atau kalimat yang mengandung tuturan
imperatif. Lagu ini pun dapat dikonsumsi dari berbagai kalangan dan usia.
Banyak nilai pendidikan, motivasi, dan pesan yang terangkum dalam lagu ini,
maka lagu ini patut jika digolongkan ke dalam salah satu lagu religius dan
patut dicermati serta dianalisis. Selain itu, lirik lagu juga merupakan salah
satu jenis wacana yang mempunyai struktur. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk menganalisis lirik lagu Abatasa secara
tekstual dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat imperatif dalam lagu
tersebut.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini menemukan
aspek leksikal maupun gramatikal dan bentuk-bentuk kalimat imperatif pada lirik
lagu Wali Abatasa.
C. Rumusan Masalah
1.
Apa
saja aspek gramatikal yang terdapat pada lirik lagu Wali Abatasa?
2.
Apa
saja aspek leksikal yang terdapat pada lirik lagu Wali Abatasa?
3.
Apa
saja bentuk kalimat imperatif yang
terdapat pada lirik lagu Wali Abatasa?
KAJIAN TEORI
Analisis tekstual adalah
analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam,
ed., 2008:87). Dalam analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana
disebut aspek gramatikal wacana, sedangkan segi makna atau struktur batin
wacana disebut aspek leksikal wacana.
Aspek gramatikal wacana meliputi: (1) pengacuan perangkaian (reference),
(2) penyulihan (subtitution), (3) pelepasan (ellipsis), (4) perangkaian
(conjuction). (Halliday dan Hasan, 1976: 6; Sumarlam, 1996: 66; Baryadi, 2001:
10).
Pengacuan (Referensi) adalah
salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang
mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau yang mengikutinya
(Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule (2006:27) mengungkapkan referensi sebagai
suatu tindakan di mana seorang penutur, atau penulis, menggunakan bentuk
linguistik untuk memungkinkan seorang pendengar atau pembaca mengenali sesuatu.
Berdasar pada tempatnya, pengacuan dibedakan menjadi pengacuan endofora dan
pengacuan eksofora. Pengacuan dikatakan endofora jika acuannya berada di dalam
teks wacana tersebut, sedangkan eksofora jika acuannya berada di luar teks
wacana. Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuan dibedakan menjadi
pengacuan anaforis dan kataforis. Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis
pengacuan, yakni pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. Penyulihan
adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam suatu wacana dengan tujuan
memperoleh unsur pembeda. Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat
macam, yakni (1) substitusi nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi
frasal, dan (4) substitusi klausal (Sumarlam, ed., 2008:28).
Pelesapan atau ellipsis adalah
suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah
dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembca atau pendengar, srhingga
struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yangberlaku (Gorys Keraf,
2004:132).
Perangkaian atau konjungsi
adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara
menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana (Sumarlam,
ed., 2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Dalam hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada hubungan secara semantis. Aspek leksikal wacana meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Dalam hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada hubungan secara semantis. Aspek leksikal wacana meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai (Gorys Keraf, 2004:127). Selanjutnya Gorys Keraf (2004:127-128)
membagi repetisi menjadi delapan macam, yakni epizeuksis, tautotes, anafora,
epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.
Sinonimi adalah suatu istilah
yang dapat dibatasi sebagai (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang
memiliki makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau lebih memiliki
makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34). Berdasarkan wujud satuan lingualnya,
sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) sinonimi antara morfem
(bebas) dan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau
sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, dan (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat
(Sumarlam, ed., 2008:39).
Antonimi lawan kata adalah
relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau bertentangan (Gorys
Keraf, 2004:39). Antonimi juga disebut oposisi makna. Berdasarkan sifatnya,
oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) oposisi mutlak, (2)
oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi
majemuk. Kolokasi atau sanding kata
adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung
digunakan secara berdampingan (Sumarlam, ed., 2008:44).
Hiponimi adalah semacam relasi
antar kata yang berwujud atas-bawah (Gorys Keraf, 2004:38).
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46). Analisis lagu Wali Abatasa ini di dalamnya juga akan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk wacana imperatif yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur (R. Kunjana Rahardi, M. Hum, 2005:79). R. Kunjana Rahardi (2005:79) membagi kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat imperatif ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan.
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46). Analisis lagu Wali Abatasa ini di dalamnya juga akan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk wacana imperatif yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur (R. Kunjana Rahardi, M. Hum, 2005:79). R. Kunjana Rahardi (2005:79) membagi kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat imperatif ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan.
PEMBAHASAN
Title : Wali Abatasa
Artist : Wali Band
Language : Indonesia
New Single Religi 2011
Lirik Lagu Wali - Abatasa
{1}Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu
{2}Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku
{3}Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali
{4}Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin
{5}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{6}Chadaldzalrozaisinsyin dari yang kaya sampai yang miskin
{7}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{8}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{9}Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin
{10}Kan mak yang ngajarin islam itu haqqul yaqin
{11}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{12}Chadaldzalrozai sinsyin dari yang kaya sampai yang miskin
{13}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{14}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{15}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{16}Cha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
{17}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{18}Cha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
{19}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{20}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{21}Amin, amin, amin!
Artist : Wali Band
Language : Indonesia
New Single Religi 2011
Lirik Lagu Wali - Abatasa
{1}Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu
{2}Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku
{3}Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali
{4}Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin
{5}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{6}Chadaldzalrozaisinsyin dari yang kaya sampai yang miskin
{7}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{8}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{9}Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin
{10}Kan mak yang ngajarin islam itu haqqul yaqin
{11}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{12}Chadaldzalrozai sinsyin dari yang kaya sampai yang miskin
{13}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{14}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{15}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{16}Cha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
{17}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{18}Cha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
{19}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{20}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{21}Amin, amin, amin!
Lirik lagu Abatasa adalah salah
satu bentuk teks, sehingga lirik lagu tersebut dapat dikaji atau dianalisis
secara tekstual. Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa analisis tekstual
adalah analisis suatu wacana secara internal. Artinya, dalam analisis ini, hal
yang akan menjadi objek analisis adalah lirik lagu Abatasa. Analisis lirik lagu Abatasa ini meliputi analisis aspek
gramatikal dan aspek leksikal.
1. Analisis
Aspek Gramatikal
Aspek
gramatikal wacana dalam analisis lagu Abatasa
ini hanya meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution),
pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion).
a) Pengacuan
(persona)
Dalam aspek
gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona,
demonstratif, dan komparatif. Dalam analisis lirik lagu Abatasa ini, hanya terdapat satu jenis pengacuan, yakni pengacuan
persona. Pada lirik lagu Abatasa terdapat
2 jenis pengacuan persona, yakni pronomina pertama jamak dan tunggal. Pengacuan
persona pronomina pertama jamak dan tunggal dapat diperhatikan pada kutipan
lirik lagu berikut.
(1)Alif ba ta tsa jim ha
allah tuhan kita semua {5, 11, 15. 17}
(2)Alif ba ta tsa jim ha
mari kita tingkatkan takwa {7, 13, 19}
(3)Kan mak yang ngajarin
kita harus jadi orang mukmin {9}
(4)Mak tolong izinin ketemu
sama kawan-kawanku {2}
Penggunaan
kata kita pada kutipan (1), (2), dan (3) adalah pronomina persona pertama jamak
bentuk bebas, (4) adalah pronomina persona tunggal lekat kanan Kata kita pada
lirik lagu (1,2, 3) tersebut juga merupakan pengacuan eksofora karena yang
diacu berada di luar teks, yaitu mengacu pada penulis syair lagu dan pendengar
lagu. Dan (4) pengacuan endefora karena acuannya satuan lingual yang diacu
terdapat padateks tersebut.
b) Penyulihan
(substitusi)
Dalam lirik
lagu Abatasa terdapat penyulihan.
Penyulihan ini terjadi pada kata Allah yang kemudian diganti dengan kata Tuhan,
dan terdapat pada kata izin diganti dengan izinin.
(1)Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu {1, 3}
(2)Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku {2,4}
(3)Alif ba ta tsa jim ha Allah tuhan kita semua {11, 15, 17}
(2)Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku {2,4}
(3)Alif ba ta tsa jim ha Allah tuhan kita semua {11, 15, 17}
c) Pelepasan (Elipsis)
Pelesapan atau
penghilangan satuan lingual tertentu sering digunakan para pencipta lagu untuk
tujuan estetika. Abatasa juga memuat
lirik-lirik yang mengalami pelesapan. Pelesapan dalam lagu tersebut dapat
ditemukan pada kutipan-kutipan berikut.
(1)Mak Ø minta izin Øtuk pergi ke mushola itu {1}
-Mak saya minta izin untuk pergi ke mushola itu
(2)Mak tolong izinin Øketemu Ø sama kawan-kawanku {2}
-Mak tolong izininkan saya bertemu dengan kawan-kawanku
-Mak tolong izininkan saya bertemu dengan kawan-kawanku
(3) Mak tolong izinin Ø belajar Øsama ustad Mahmudin {4}
-Mak
tolong izinkan saya belajar bersama ustad Mahmudin
(4)Alif ba ta tsa jim ha
allah Ø tuhan kita semua {5, 11, 15, 17}
-Alif ba ta tsa jim ha Allah adalah Tuhan kita semua
-Alif ba ta tsa jim ha Allah adalah Tuhan kita semua
(5)Alif ba ta tsa jim ha mari kitaØ tingkatkan takwa {7,
13, 19}
- Alif ba ta tsa jim ha mari kita meningkatkan takwa
(6)Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga Ø yok
Øbilang amin {8, 20}
- Cha dal dzal ro zai sin syin masuk surga mari kita
mengaminin
(7)ØKan mak yang Øngajarin kita harus Øjadi orang Ø mukmin {9}
-Emak yang mengajarkan kita harus menjadi orang yang
mukmin
(8)KanØ mak yangØ ngajarin Øislam itu haqqul yaqin {10}
-Emak yang telah mengajarkan bahwa islam itu haqqul yaqin
-Emak yang telah mengajarkan bahwa islam itu haqqul yaqin
d)
Perangkaian
(Konjungsi)
Di dalam lirik
lagu Abatas tidak ditemukan bentuk
perangkaian.
2.
Analisis aspek leksikal
Aspek leksikal
wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Aspek
leksikal wacana dalam lirik lagu Abatasa meliputi
repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata),
hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).
a)
Repetisi
(Pengulangan)
Wacana berupa
lagu sering ditemukan bentuk repetisi di dalamnya, terutama repetisi bait atau refren.
(1)Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua {17}
Lirik yang terdapat pada kutipan nomor {17}di ulang lagi pada
kutipan nomor {11, 15, 5}
(2) Chadaldzalrozai sinsyin dari yang kaya sampai yang
miskin {6}
Lirik yang terdapat pada kutipan nomor {6} di ulang lagi pada
kutipan nomor {16,18}
(3) Alif ba ta tsa
jim ha mari kita tingkatkan takwa {7}
Lirik yang terdapat
pada kutipan nomor {7} di ulang lagi pada kutipan nomor {13, 19}
(4) Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin {8}
Lirik yang terdapat
pada kutipan nomor {8} di ulang lagi pada lirik nomor {14, 20}
(5)Mak minta izin tuk
pergi ku mushola itu {1}
Mak tolong izinin ketemu sama
kawan-kawanku{2}
Mak minta izin lanjutkan pengajian
kembali{3}
Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin{4}
Data tersebut
memperlihatkan bahwa kata”Mak minta/mak tolong/izin/izinin” di ulang-ulang pada
beberapa lirik dalam lagu Abatasa.
(6) Alif ba ta tsa jim ha
allah tuhan kita semua {5}
Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin {9}
Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita
semua {11}
Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan
takwa {13}
Data tersebut
menunjukkan bahwa kata “kita” di ulang-ulang pada beberapa lirik lagu Abatasa.
b)
Sinonimi (Padan kata)
Sinonimi merupakan
salah satu aspek leksikal yang mendukung kepduan wacana. Sinonimi berfungsi
sebagai penjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu
dengan satuan lingual lain dalam wacana. Lagu Abatasa memuat satu sinonimi, yaitu sinonimi kata dengan kata.
Mak minta
izin lanjutkan pengajian kembali {3}
Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin {4}
Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin {4}
Pada lirik di atas kata “pengajian” bersinonim dengan kata belajar.
c)
Antonimi (Lawan kata)
Chadaldzalrozaisinsyin dari yang kaya sampai yang miskin {6}
Pada
lirik {6} kata kaya berantonim dengan
kata miskin. Antonimi dalam kutipan lirik lagu tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai bentuk oposisi kutub.
d)
Hiponimi (Hubungan atas
bawah)
Di dalam lirik lagu Abatasa
juga dapat ditemukan unsur leksikal hiponimi. Contoh penggunaan hiponimi dalam
lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(1)Alif
ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa {7}
(2)Kan
mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin {9}
(3)Kan
mak yang ngajarin islam itu haqqul yaqin{10}
pada lirik di atas kata “haqqul yakin” menjadi hipernim sedangkan kata “mukmin dan taqwa” sebagai hiponim karena mukmin dan taqwa bagian dari haqqul yakin.
pada lirik di atas kata “haqqul yakin” menjadi hipernim sedangkan kata “mukmin dan taqwa” sebagai hiponim karena mukmin dan taqwa bagian dari haqqul yakin.
3. Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi
Kalimat
imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar
mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur. Wujud
kalimat imperatif dalam sebuah wacana sangat beragam, mulai yang terasa halus
sampai kasar. Kalimat imperatif dapat pula berkisar pada suruhan untuk
melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Lirik Lagu Abatsa adalah sebuah wujud wacana yang
sarat amanat. Kalimat imperatif dapat dihubungankan dengan sifat persuasif.
Oleh sebab itu, di dalam lirik lagu ini sering ditemukan wujud kalimat
imperatif. Contoh penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu ini dapat
diperhatikan pada kutipan berikut.
(1)Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa {7}
(2)Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin{8}
(3)Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin {9}
Pada
beberapa kutipan tersebut, kutipan nomor {7} sampai dengan nomor (9)
mengindikasikan suatu kalimat suruhan positif. Kalimat suruhan positif tersebut
ditandai dengan penggunaan kata berimbuhan yakni tingkatkan, yok, harus jadi.
Pada lirik lagu Abatasa tidak
terdapat suatu kalimat suruhan yang negative. Jadi, semua kutipan di atas dapat
diklasifikasikan sebagai kalimat imperatif suruhan. Penggunaan kalimat
imperatif dalam lirik lagu Abatsa
bukanlah tanpa fungsi. Kalimat imperatif dalam lirik lagu ini berfungsi untuk
menekankan makna dan pesan lagu. Lagu Abatasa
banyak memuat nasihat-nasihat positif yang diwujudkan dengan bentuk kalimat imperatif.
Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk kalimat
imperatif akan mudah diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu
ini juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Dengan
demikian, pesan-pesan yang terdapat dalam lagu berkesan tidak menghakimi
pendengarnya.
KESIMPULAN
Lagu Abatasa
adalah salah satu lagu yang terkenal dari kelompok musik Wali. Lagu ini
tergabung dalam album realigi yang diciptakan oleh Apoy (gitaris) band Wali. Lirik
lagu Abatasa merupakan salah salah
satu jenis wacana yang memiliki struktur. Analisis tekstual lagu Abatasa mencakup analisis gramatikal dan
leksikal. Berdasar pada analisis gramatikal, di dalam lirik lagu Abatasa ditemukan beberapa aspek
gramatikal, yaitu pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan
(ellipsis), sedangkan perangkaian
(conjungtion) tidak ditemukan pada lirik lagu Abatasa.
Dalam analisis secara leksikal, lirik lagu Abatasa mengandung beberapa aspek
leksikal, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding
kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata). Di dalam
lirik lagu Laskar Pelangi terdapat beberapa kalimat imperatif. Kalimat
imperatif berguna untuk menekankan makna dan pesan yang terkandung dalam lirik
lagu. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk
kalimat imperatif akan mudah diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif
dalam lagu Abatasa juga diwujudkan
dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Selain itu, penggunaan kalimat
imperatif dalam lirik lagu Abatasa mendukung
lagu ini sebagai lagu realifi dan lagu yang dapat memotivasi pendengarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gorys Keraf. 2004. Diksi dan
Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumarlam. Ed. 2008. Teori dan
Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode, & Aplikasi
Prinsip-Prinsip Analisi Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Yule, George. 2006. Pragmatik.
Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
mantep
BalasHapus