Minggu, 20 November 2011

Kajian Wacana


ANALISIS WACANA TEKSTUAL dan KALIMAT IMPERATIF pada LIRIK LAGU “ABATASA” KARYA KELOMPOK MUSIK WALI


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Wali adalah grup musik asal Blora yang berdomisili di Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Grup musik ini dibentuk pada tahun 1999. Anggotanya berjumlah lima orang yaitu Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomi (drum), Ovie (kibor), dan Nunu (bass). Semua personil band ini adalah lulusan pesantren dan sebagian merupakan alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Album pertamanya ialah Orang Bilang yang dirilis pada tahun 2008. Band ini umumnya ber-genre lokal pop kreatif total dengan sedikit sentuhan irama melayu dalam lagu-lagu mereka. (Wikipedia: 2011)
Lagu Abatasa tersebut secara tidak langsung merangkum nilai religi (islami), di mana dalam lagu tersebut selain untuk menghibur para penikmat musik Indonesia, juga mengajak  orang untuk  senantiasa melakukan ibadah kepada Allah,Wali mampu membuat lirik lagu dengan kata-kata yang mudah di pahami oleh kalangan masyarakat luas, pesan-pesan dalam lagu ini tertuang dalam teks-teks atau kalimat yang mengandung tuturan imperatif. Lagu ini pun dapat dikonsumsi dari berbagai kalangan dan usia. Banyak nilai pendidikan, motivasi, dan pesan yang terangkum dalam lagu ini, maka lagu ini patut jika digolongkan ke dalam salah satu lagu religius dan patut dicermati serta dianalisis. Selain itu, lirik lagu juga merupakan salah satu jenis wacana yang mempunyai struktur. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis lirik lagu Abatasa secara tekstual dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat imperatif dalam lagu tersebut.
B.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini menemukan aspek leksikal maupun gramatikal dan bentuk-bentuk kalimat imperatif pada lirik lagu  Wali Abatasa.
C.    Rumusan Masalah
1.      Apa saja aspek gramatikal yang terdapat pada lirik lagu Wali Abatasa?
2.      Apa saja aspek leksikal yang terdapat pada lirik lagu Wali Abatasa?
3.      Apa saja  bentuk kalimat imperatif yang terdapat pada lirik lagu Wali Abatasa?

KAJIAN TEORI
Analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, ed., 2008:87). Dalam analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana, sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana.  Aspek gramatikal wacana meliputi: (1) pengacuan perangkaian (reference), (2) penyulihan (subtitution), (3) pelepasan (ellipsis), (4) perangkaian (conjuction). (Halliday dan Hasan, 1976: 6; Sumarlam, 1996: 66; Baryadi, 2001: 10).
Pengacuan (Referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau yang mengikutinya (Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule (2006:27) mengungkapkan referensi sebagai suatu tindakan di mana seorang penutur, atau penulis, menggunakan bentuk linguistik untuk memungkinkan seorang pendengar atau pembaca mengenali sesuatu. Berdasar pada tempatnya, pengacuan dibedakan menjadi pengacuan endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan dikatakan endofora jika acuannya berada di dalam teks wacana tersebut, sedangkan eksofora jika acuannya berada di luar teks wacana. Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuan dibedakan menjadi pengacuan anaforis dan kataforis. Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. Penyulihan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam suatu wacana dengan tujuan memperoleh unsur pembeda. Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat macam, yakni (1) substitusi nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi klausal (Sumarlam, ed., 2008:28).
Pelesapan atau ellipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembca atau pendengar, srhingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yangberlaku (Gorys Keraf, 2004:132).

Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana (Sumarlam, ed., 2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Dalam hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada hubungan secara semantis. Aspek leksikal wacana meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).
Repetisi  adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Gorys Keraf, 2004:127). Selanjutnya Gorys Keraf (2004:127-128) membagi repetisi menjadi delapan macam, yakni epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.
Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34). Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) sinonimi antara morfem (bebas) dan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, dan (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam, ed., 2008:39).
Antonimi lawan kata adalah relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau bertentangan (Gorys Keraf, 2004:39). Antonimi juga disebut oposisi makna. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk.  Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan (Sumarlam, ed., 2008:44).
Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah (Gorys Keraf, 2004:38).
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46). Analisis lagu Wali Abatasa ini di dalamnya juga akan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk wacana imperatif yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur (R. Kunjana Rahardi, M. Hum, 2005:79). R. Kunjana Rahardi (2005:79) membagi kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat imperatif ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan.















PEMBAHASAN
Title : Wali Abatasa
Artist : Wali Band
Language : Indonesia
New Single Religi 2011

Lirik Lagu Wali - Abatasa
{1}Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu
{2}Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku
{3}Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali
{4}Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin
{5}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{6}Chadaldzalrozaisinsyin dari yang kaya sampai yang miskin
{7}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{8}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{9}Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin
{10}Kan mak yang ngajarin islam itu haqqul yaqin
{11}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{12}Chadaldzalrozai sinsyin dari yang kaya sampai yang miskin
{13}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{14}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{15}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{16}Cha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
{17}Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua
{18}Cha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
{19}Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
{20}Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
{21}Amin, amin, amin!

Lirik lagu Abatasa adalah salah satu bentuk teks, sehingga lirik lagu tersebut dapat dikaji atau dianalisis secara tekstual. Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa analisis tekstual adalah analisis suatu wacana secara internal. Artinya, dalam analisis ini, hal yang akan menjadi objek analisis adalah lirik lagu Abatasa. Analisis lirik lagu Abatasa ini meliputi analisis aspek gramatikal dan aspek leksikal.
1.      Analisis Aspek Gramatikal
Aspek gramatikal wacana dalam analisis lagu Abatasa ini hanya meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion).
a)      Pengacuan (persona)
Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. Dalam analisis lirik lagu Abatasa ini, hanya terdapat satu jenis pengacuan, yakni pengacuan persona. Pada lirik lagu Abatasa terdapat 2 jenis pengacuan persona, yakni pronomina pertama jamak dan tunggal. Pengacuan persona pronomina pertama jamak dan tunggal dapat diperhatikan pada kutipan lirik lagu berikut.
(1)Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua {5, 11, 15. 17}
(2)Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa {7, 13, 19}
(3)Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin {9}
(4)Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku {2}
Penggunaan kata kita pada kutipan (1), (2), dan (3) adalah pronomina persona pertama jamak bentuk bebas, (4) adalah pronomina persona tunggal lekat kanan Kata kita pada lirik lagu (1,2, 3) tersebut juga merupakan pengacuan eksofora karena yang diacu berada di luar teks, yaitu mengacu pada penulis syair lagu dan pendengar lagu. Dan (4) pengacuan endefora karena acuannya satuan lingual yang diacu terdapat padateks tersebut.
b)      Penyulihan (substitusi)
Dalam lirik lagu Abatasa terdapat penyulihan. Penyulihan ini terjadi pada kata Allah yang kemudian diganti dengan kata Tuhan, dan terdapat pada kata izin diganti dengan izinin.
(1)Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu {1, 3}
(2)Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku {2,4}
(3)Alif ba ta tsa jim ha Allah tuhan kita semua {11, 15, 17}
c)      Pelepasan (Elipsis)
Pelesapan atau penghilangan satuan lingual tertentu sering digunakan para pencipta lagu untuk tujuan estetika. Abatasa juga memuat lirik-lirik yang mengalami pelesapan. Pelesapan dalam lagu tersebut dapat ditemukan pada kutipan-kutipan berikut.
(1)Mak Ø minta izin Øtuk pergi ke mushola itu {1}
-Mak saya minta izin untuk pergi ke mushola itu
(2)Mak tolong izinin Øketemu Ø sama kawan-kawanku {2}
-Mak tolong izininkan saya bertemu dengan kawan-kawanku
(3) Mak tolong izinin Ø belajar Øsama ustad Mahmudin {4}
-Mak tolong izinkan saya belajar bersama ustad Mahmudin
(4)Alif ba ta tsa jim ha  allah Ø tuhan kita semua {5, 11, 15, 17}
-Alif ba ta tsa jim ha  Allah adalah Tuhan kita semua
(5)Alif ba ta tsa jim ha mari kitaØ tingkatkan takwa {7, 13, 19}
- Alif ba ta tsa jim ha mari kita meningkatkan takwa
(6)Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga Ø yok Øbilang amin {8, 20}
- Cha dal dzal ro zai sin syin masuk surga mari kita mengaminin
(7)ØKan mak yang Øngajarin kita harus  Øjadi orang Ø mukmin {9}
-Emak yang mengajarkan kita harus menjadi orang yang mukmin
(8)KanØ mak yangØ ngajarin Øislam itu haqqul yaqin {10}
-Emak  yang telah mengajarkan bahwa islam itu haqqul yaqin
d)     Perangkaian (Konjungsi)
Di dalam lirik lagu Abatas tidak ditemukan  bentuk perangkaian.

2.      Analisis aspek leksikal
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Aspek leksikal wacana dalam lirik lagu Abatasa meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).
a)      Repetisi (Pengulangan)
Wacana berupa lagu sering ditemukan bentuk repetisi di dalamnya, terutama repetisi bait atau refren.
(1)Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua {17}
Lirik yang terdapat pada kutipan nomor {17}di ulang lagi pada kutipan nomor {11, 15, 5}

(2) Chadaldzalrozai sinsyin dari yang kaya sampai yang miskin {6}
Lirik yang terdapat pada kutipan nomor {6} di ulang lagi pada kutipan nomor {16,18}
(3) Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa {7}
Lirik yang terdapat pada kutipan nomor {7} di ulang lagi pada kutipan nomor {13, 19}
(4) Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin {8}
Lirik yang terdapat pada kutipan nomor {8} di ulang lagi pada lirik nomor {14, 20}
(5)Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu {1}
    Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku{2}
    Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali{3}
    Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin{4}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata”Mak minta/mak tolong/izin/izinin” di ulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Abatasa.
(6) Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua {5}
     Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin {9}
     Alif ba ta tsa jim ha allah tuhan kita semua {11}
     Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa {13}
Data tersebut menunjukkan bahwa kata “kita” di ulang-ulang pada beberapa lirik lagu Abatasa.



b)      Sinonimi (Padan kata)

Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal yang mendukung kepduan wacana. Sinonimi berfungsi sebagai penjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Lagu Abatasa memuat satu sinonimi, yaitu sinonimi kata dengan kata.
Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali {3}
Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin {4}
Pada lirik di atas kata “pengajian”  bersinonim dengan kata  belajar.
c)      Antonimi (Lawan kata)
Chadaldzalrozaisinsyin dari yang kaya sampai yang miskin {6}
Pada lirik {6} kata kaya berantonim  dengan kata miskin. Antonimi dalam kutipan lirik lagu tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bentuk oposisi kutub.

d)     Hiponimi (Hubungan atas bawah)
Di dalam lirik lagu Abatasa juga dapat ditemukan unsur leksikal hiponimi. Contoh penggunaan hiponimi dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(1)Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa {7}
(2)Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin {9}
(3)Kan mak yang ngajarin islam itu haqqul yaqin{10}
pada lirik di atas kata “haqqul yakin” menjadi hipernim sedangkan kata “mukmin dan taqwa” sebagai hiponim karena mukmin dan taqwa bagian dari     haqqul yakin.

3.      Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi
Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur. Wujud kalimat imperatif dalam sebuah wacana sangat beragam, mulai yang terasa halus sampai kasar. Kalimat imperatif dapat pula berkisar pada suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Lirik Lagu Abatsa adalah sebuah wujud wacana yang sarat amanat. Kalimat imperatif dapat dihubungankan dengan sifat persuasif. Oleh sebab itu, di dalam lirik lagu ini sering ditemukan wujud kalimat imperatif. Contoh penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(1)Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa {7}
(2)Cha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin{8}
(3)Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin {9}
Pada beberapa kutipan tersebut, kutipan nomor {7} sampai dengan nomor (9) mengindikasikan suatu kalimat suruhan positif. Kalimat suruhan positif tersebut ditandai dengan penggunaan kata berimbuhan yakni tingkatkan, yok, harus jadi. Pada lirik lagu Abatasa tidak terdapat suatu kalimat suruhan yang negative. Jadi, semua kutipan di atas dapat diklasifikasikan sebagai kalimat imperatif suruhan. Penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Abatsa bukanlah tanpa fungsi. Kalimat imperatif dalam lirik lagu ini berfungsi untuk menekankan makna dan pesan lagu. Lagu Abatasa banyak memuat nasihat-nasihat positif yang diwujudkan dengan bentuk kalimat imperatif. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk kalimat imperatif akan mudah diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu ini juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Dengan demikian, pesan-pesan yang terdapat dalam lagu berkesan tidak menghakimi pendengarnya.







KESIMPULAN
Lagu  Abatasa adalah salah satu lagu yang terkenal dari kelompok musik Wali. Lagu ini tergabung dalam album realigi yang diciptakan oleh Apoy (gitaris) band Wali. Lirik lagu Abatasa merupakan salah salah satu jenis wacana yang memiliki struktur. Analisis tekstual lagu Abatasa mencakup analisis gramatikal dan leksikal. Berdasar pada analisis gramatikal, di dalam lirik lagu Abatasa ditemukan beberapa aspek gramatikal, yaitu pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), sedangkan  perangkaian (conjungtion) tidak ditemukan pada lirik lagu Abatasa.
 Dalam analisis secara leksikal, lirik lagu Abatasa mengandung beberapa aspek leksikal, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata). Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat beberapa kalimat imperatif. Kalimat imperatif berguna untuk menekankan makna dan pesan yang terkandung dalam lirik lagu. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk kalimat imperatif akan mudah diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu Abatasa juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Selain itu, penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Abatasa mendukung lagu ini sebagai lagu realifi dan lagu yang dapat memotivasi pendengarnya.











DAFTAR PUSTAKA
Gorys Keraf. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumarlam. Ed. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisi Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 









1 komentar: